Wajah Empat Tersangka Pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran
Yang tampak dalam gambar ini adalah empat tersangka pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran. Peristiwa pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran terjadi pada Senin malam 30 Juli 2007 di Blou, yang terletak di antara Wairunu dan Lewolaga di Flores Timur. Keempat orang itu adalah (dari kiri ke kanan bagian depan) Mikhael Torangama Kelen, Yohanes Kusi Kumanireng alias Yoka Kumanireng, dan Laurens Dalu Kumanireng. Di belakang Mikhael Torangama Kelen adalah Yoakim Tolek Kumanireng.
Ketika melakukan pembunuhan, Mikhael Torangama Kelen berstatus sebagai kepala desa Lewoingu terpilih. Pada saat ditangkap pada hari jumat 18 April 2008, orang ini berstatus sebagai kepala desa Lewoingu. Saat ini dia berstatus sebagai salah seorang tersangka utama pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran.
Yoakim Tolek Kumanireng, Yohanes Kusi Kumanireng alias Yoka Kumanireng, dan Laurens Dalu Kumanireng adalah kakak beradik kandung. Bersama seorang saudara sepupu mereka, mereka tampil sangat brutal dalam mengeroyok dan menganiaya Yoakim Gresituli Ata Maran hingga tewas pada Senin malam, 30 Juli 2007. Di bawah pimpinan Mikhael Torangama Kelen, mereka tampil sebagai pembunuh berdarah dingin.
Bersama Mikhael Torangama Kelen, ketiga orang kakak beradik kandung ini ditangkap oleh aparat Kepolisian Polres Flores Timur pada hari Jumat, 18 April 2008. Setelah menjalani masa penahanan selama 120 hari, keempat orang tersebut dikeluarkan dari sel Polres Timur, karena berkas perkara kejahatan mereka itu belum memperoleh status P 21. Meskipun dikeluarkan dari sel Polres Flores Timur, status mereka tetap sebagai tersangka, dan kepada mereka dikenai ketentuan wajib lapor dua kali dalam satu minggu.
Selain keempat orang tersebut, masih terdapat beberapa orang lain yang terindikasi jelas sebagai tersangka dalam peristiwa pembunuhan tersebut. Kepada Petrus Naya Koten, Laurens Dalu Kumanireng sempat mengatakan, bahwa ada sembilan orang (termasuk empat tersangka tersebut) yang akan mendapat hukuman berat, jika Petrus Naya Koten tidak mencabut kesaksiannya.
Pihak penyidik di Polres Flores Timur sedang berusaha keras agar berkas perkara pembunuhan tersebut memperoleh status P 21. (RRM)
Satu Tahun Tragedi Kemanusiaan 30 Juli 2007
Rumah Bapak Jewani Hayon di Lato
Di rumah ini, pada hari Senin, 30 Juli 2007, acara Nebo almarhumah ibu Maria Ose Sogen, isteri dari bapak Jewani Hayon dilaksanakan. Acara Nebo itu dihadiri juga oleh Akim Maran dan Marse Kumanireng. Di rumah ini, Akim Maran menjalani hari terakhir hidupnya di dunia ini.
Foto ini dibuat pada hari Rabu 30 Juli 2008.
Lorong Masuk ke Rumah Bapak Jewani Hayon
Ini adalah gambar lorong masuk ke rumah bapak Jewani Hayon di Lato.
Foto ini dibuat pada hari Rabu 30 Juli 2008.
Tempat Akim Maran Duduk Bersama Beberapa Orang
Di pinggir kiri lorong di muka rumah bapak Jewani Hayon (dilihat dari arah selatan ke utara), Akim Maran sempat duduk bersama beberapa orang Lato pada siang hari Senin 30 Juli 2007.
Foto ini dibuat pada hari Rabu, 30 Juli 2008.
Tempat Yoka Kumanireng Makan
Hadir pula di acara Nebo almarhumah ibu Maria Ose Sogen Yohanes Kusi Kumanireng alias Yoka Kumanireng, anak dari Lamber Liko Kumanireng. Gambar ini memperlihatkan salah satu pojok dari halaman belakang rumah bapak Jewani Hayon. Di bawah pohon seperti nampak dalam gambar ini, Yoka Kumanireng makan.
Di belakang, tak jauh dari tempat dia duduk makan terdapat sebuah lorong. Pada siang hari Senin, 30 Juli 2007, Mikhael Torangama Kelen kepergok berdiri di lorong itu. Sambil bercekak pinggang dia memandang ke rumah tempat acara Nebo almarhumah ibu Maria Ose Sogen dilaksanakan.
Foto ini dibuat pada hari Rabu, 30 Juli 2008.
Tikungan Tempat Akim Maran dan Marse Kumanireng Sempat Berhenti
Sekitar pukul 18.00 waktu setempat, Akim Maran dan Marse Kumanireng meninggalkan acara Nebo di Lato untuk pulang ke Eputobi. Di tikungan ini, di Kali Nyiur, Akim Maran dan Marse Kumanireng sempat berhenti, karena ada gangguan pada mesin sepeda motor. Waktu itu hari sudah gelap.
Foto ini dibuat pada hari Rabu 30 Juli 2008.
Rumah Bapak Paulinus Hayon di Bokang
Gambar rumah bapak Paulinus Hayon di malam hari di Bokang, sebelah utara Wairunu. Di rumah ini Marse Kumanireng pada Senin malam 30 Juli 2007 mampir. Dia berada di rumah ini sekitar 10 menit.
Foto ini dibuat pada Minggu malam, 27 Juli 2008.
Tempat Penjemputan di Pinggir Selatan Bokang
Gambar ini memperlihatkan tempat Akim Maran dijemput oleh Petrus Naya Koten pada hari Senin malam 30 Juli 2007. Si penjemput bersembunyi di balik dua batang pohon pisang, yang sekarang sudah tidak kelihatan lagi. Dari posisi ini dia dengan mudah memantau pergerakan Akim Maran dari arah Lato. Dari sini dia dibonceng oleh Akim Maran hingga mencapai tempat penghadangan, yaitu di tikungan sebelum Tobi Bele'eng.
Foto ini dibuat pada hari Minggu malam 27 Juli 2008.
Tempat Persembunyian Para Penjahat Yang Siap Beraksi
Di jalan setapak di sebelah kiri (dari arah barat ke timur) tikungan sebelum Tobi Bele'eng, beberapa penjahat yang siap beraksi bersembunyi. Mereka menunggu saat Akim Maran lewat di tikungan itu. Dari rekan mereka yang ditugaskan untuk memantau pergerakan Akim Maran dari Lato hingga Bokang, mereka memperoleh informasi yang akurat tentang kapan Akim Maran akan lewat di situ. Begitu mengetahui bahwa tak lama lagi Akim Maran akan lewat di jalur itu bersama Petrus Naya Koten, mereka segera keluar dari persembunyian mereka untuk menghadangnya.
Foto ini dibuat pada hari Minggu malam, 27 Juli 2008.
Tempat penghadangan
Gambar ini memperlihat tikungan sebelum Tobie Bele'eng (dari arah barat ke timur). Di tikungan ini Akim Maran dihadang oleh penjahat-penjahat Eputobi, pada Senin malam, 30 Juli 2007. Di tempat penghadangan itu, pada Senin malam 30 Juli 2007, terdapat beberapa sepeda motor. Salah satunya milik seorang guru SD.
Lorong Maut di Sebelah Timur Tobi Bele'eng
Di sebelah timur Tobi Bele'eng terdapat sebuah lorong masuk ke arah utara. Lorong itu dapat dilalui oleh mobil. Ke situ, Akim Maran yang sudah berada di bawah penguasaan para penjahat Eputobi itu digiring masuk untuk selanjutnya dianiaya dalam gelap malam. Orang pertama yang memukul Akim Maran adalah Mikhael Torangama Kelen. Ketika dipukul, Akim Maran sempat bertanya, "Apa salah saya, sehingga saya dipukul?" Mikhael Torangama Kelen yang melepaskan pukulan pertama itu menjawab, "Kamu keras kepala."
Selanjutnya empat orang bersaudara dari satu suku secara bergantian menganiaya Akim Maran.
Foto ini dibuat pada hari Minggu malam, 27 Juli 2008.
Pondok Penyiksaan
Dari Tobi Bele'eng para penjahat Eputobi menggiring Akim Maran hingga mencapai pondok (nidu) milik pak Stani Lewoema. Di pondok ini kaki dan tangan AKim Maran diikat. Lorens Kumanireng mengikat kakinya, dan Anton Kumanireng mengikat tangannya. Bekas ikatan di tangannya masih tampak jelas di salah satu foto yang dibuat pada Selasa pagi 31 Juli 2007. Dalam posisi tangan dan kaki yang terikat dia mengalami siksaan mahaberat hingga sekarat. Karena dia menangis meminta tolong, langit-langit mulutnya dan bibirnya disundut dengan rokok oleh Yoka Kumanireng.
Setelah Nebo, pemiliknya datang dan menemukan darah yang tampak masih segar di sebuah bangku kayu yang terletak berdempetan dengan dinding sebelah timur pondok. Darah juga ditemukan di beberapa tempat lain di pondok dan sekitarnya.
Selama beberapa minggu setelah hari Selasa, 31 Juli 2007, Lambertus Lagawuyo Kumanireng sering datang ke pondok itu. Untuk apa? Konon untuk menutup mulut korban kejahatan mereka dengan black magicnya, agar mulut korban tidak bersuara tentang kejadian yang sesungguhnya menimpa dirinya.
Foto ini dibuat pada hari Rabu 30 Juli 2008.
Parit Tempat Akim Maran Wafat di Blou
Dalam keadaan sekarat Akim Maran diseret oleh penjahat-penjahat Eputobi itu dari pondok, kemudian tubuhnya yang sudah tak berdaya itu diletakkan di dalam parit seperti tampak dalam gambar ini. Jarak dari pondok ke deker adalah 70 meter.
Tubuhnya diletakkkan dalam posisi muka menghadap ke selatan, kepalanya di sebelah timur, kakinya di sebelah barat. Tangan kanannya sedikit menjorok ke selatan. Tangan kirinya lurus ke arah pahanya.
Sementara sepeda motor yang dikendarainya diletakkan di sebelah utara dalam posisi menghadap ke timur. Posisi sepeda motor itu lebih tinggi daripada posisi jenazahnya. Sepeda motor itu dalam keadaan utuh, tidak mengalami kerusakan. Pada dinding deker yang juga tampak dalam gambar ini terdapat darah korban berceceran pada beberapa tempat.
Ketika ditemukan pada Selasa pagi 31 Juli 2007, sendal korban tidak ditemukan. Salah seorang pelaku membawa sendal korban ke Eputobi. Dia sempat memakai sendal korban. Tetapi karena ketahuan, maka di kemudian hari dia membuangnya.
Di tempat ini tidak ditemukan jejak-jejak terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Foto ini dibuat pada hari Minggu malam, 27 Juli 2008.
Tempat Sinyal di Larangmetineng dekat Wulengkene
Gambar ini memperlihatkan tempat, yang biasa disebut tempat sinyal di Larangmetineng dekat Wulengkene, dekat juga dengan Duronuro'. Di sini pada Senin malam, 30 Juli 2007, Maxi Tukan bersama teman-temannya minum minuman keras (tuak) hingga mabuk. Waktu Bang Hayon melintas di situ, setelah mengantar Marse Kumanireng ke Eputobi, Maxi Tukan sempat memanggil Bang Hayon dengan Boby. Dikiranya yang lewat di situ adalah Boby Hayon, kakak dari Bang Hayon.
Sebelum pesta minuman keras di situ, Maxi Tukan dipergoki berada di Lewolaga, di sebuah rumah. Di rumah itu mereka memulai pesta minuman keras. Sebuah sumber menginformasikan bahwa di tengah acara minum tuak, Maxi Tukan sempat pamit untuk isi bensin. Lama sekali baru dia kembali lagi ke tempat pesta minuman keras itu. Dari situ baru mereka pindah ke tempat sinyal di Horotiwang itu.
Pesta minuman keras di tempat sinyal itu berlangsung hingga tengah malam. Sekitar pukul 03.00 dinihari Selasa, 31 Juli 2007 Maxi Tukan muncul di pesta di Lewotobi di kaki gunung Lewotobi dalam keadaan mabuk berat.
Puskemas Lewolaga
Di Puskemas Lewolaga, pada Selasa pagi, 31 Juli 2007 jenazah Akim Maran divisum. Hasil visum menunjukkan bahwa cedera berat di kepala korban disebabkan oleh hantaman keras benda tumpul. Hasil visum menunjukkan bahwa dia meninggal bukan karena kecelakaan lalu lintas.
Rumah Duka di Kampung Eputobi, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
Dari Puskemas Lewolaga, jenazah Akim Maran dibawa ke kampung Eputobi. Dan di rumah Keluarga Ata Maran inilah jenazahnya dibaringkan. Ke rumah duka ini, banyak pelayat datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya.
Tempat Peristirahatan Terakhir, di Riang Duli, Desa Dung Tana-Lewoingu, Flores Timur
Di pemakaman umum di Riang Duli seperti tampak dalam gambar ini, jenaxah Akim Maran dimakamkan. Di situ tubuh fananya menyatu kembali dengan bumi Lewoingu. Sedangkan tubuh rohaninya kembali ke alam baka. Yang mati hanya tubuh jasmaninya. Tapi dia tetap hidup selamanya. Dengan caranya sendiri, dia telah berceritera banyak tentang kejadian yang sesungguhnya menimpanya pada Senin malam 30 Juli 2007.
Dia menjadi korban kebiadaban dari komplotan pembunuh dari kampung Eputobi. Komplotan penjahat Eputobi itu dipimpin oleh Mikhael Torangama Kelen, orang yang sejak 2000 hingga 2007 menjadi kepala desa Lewoingu.
Misa Arwah, Rabu 30 Juli 2008
Peringatan satu tahun kepergian Akim Maran ditandai dengan Misa Arwah yang dipimpin oleh Romo Lala, MSF, di rumah keluarga Ata Maran di Eputobi-Lewoingu, Flores Timur. Misa arwah ini dihadiri oleh anggota keluarga, sanak saudara dan handai taulan dari Eputobi, Riang Duli, Riang Kung, Lewolaga, Bokang, Tuakepa, dan Larantuka, Kupang, Jakarta.